Kamis, 21 Mei 2009

opening novel gw (sketsa kasarnyo)

Pada suatu hari, disebuah kerajaan di tanah Jawa bernama Kerajaan Parangsari, hiduplah seorang Raja, Ratu, dan 2 Selirnya yang terlihat seumuran dengan anak pertama dari perkawinan sang Raja dan sang Ratu. Sang selir belum boleh mempunyai keturunan karena umur mereka yang belum memperbolehkan, mereka harus belajar dulu ke Turki, belajar ilmu politik dan segala macam hal-hal yang enggak banget yang mesti mereka terima.
Sang Raja bernama Sultan Wiranata Singodilemari Dwiningrat XXXY, dan sang Ratu yang cantik karena ramuan-ramuan dari istana itu bernama Sri Multinitiaegoro (banyak orang yang suka kepeleset karena nama belakangnya: “Sri MulTITANianegoro, baca nya MulTAITEN, metal bukan ?), sang ratu adalah tipikal orang dewasa yang kekanak-kanakan, tidak mau dikalahkan oleh para dayangnya dalam permainan congklak, dia harus menjadi juara, termasuk ketika berebut congklak berukir tinggi (gw pikir semua ukiran sama aja) dengan para anak-anak bangsawan lain yang ada di Parangsari.
Anaknya ini, yang bernama gaul Jaydi, benar-benar playboy kampung yang sok laku. Wajahnya terlalu abalan buat ukuran seorang pangeran. Beberapa kali para rakyat disana, ya karena tidak adanya TV, tidak mengenali pangerannya, dan tidak percaya kalau orang yang berpakaian keren (ya versi jaman dulu, kalau diliat sekarang mah bener kayak penganten sunat) dan borju didepannya ini adalah seorang pangeran, bukan pemain Ketoprak Humor.
Jaydi udah pulang dari belajar di Turki. Pulang-pulang dari sana, yang dia bawa ke Parangsari cuma muka sakau gara-gara patah hati, ditolak sama cewek Turki semlohai disana. Sang Raja yang ngeliat si Jaydi menderita, langsung menyuruh parah patih-patih yang ada dilingkup kerajaannya, untuk membawa anak gadisnya yang tercantik. Tapi apalah daya, mereka nggak dateng-dateng, mungkin udah kepincut duluan sama penarik kereta kudanya.
Dan anak terakhir, seorang Putri yang paling normal, bener-bener tipikal putri yang ada di Disney, lemah lembut dan penolong. Putri Sartika Sriwangi, adalah rebutan para remajawan jerawatan yang lagi puber, termasuk incaran seorang belanda pengusaha kebun teh di bumi Priangan. Setiap hari, lusinan hadiah-hadiah, kain-kain cantik, sampai seorang budak untuk menjadi dayangnya, diterima oleh istana untuk Putri Sartika. Tapi karena agak judes, yang dia sampaikan kepada pengirim hanyalah : Terimakasih atas pemberiannya, tapi saya maunya coklat Belanda.
Ah iya, gw belum ceritain rajanya ! ehm, oke, sang Sultan adalah seorang Megalomania, sangat mencintai kekuasaan dan gila kehormatan. Dia selalu memakai badge emas lambang kepangkatan, kemana-kemana memakai itu, jangan-jangan sampai dibawa tidur. Mungkin dia ingin semua orang yang bernapas dimuka bumi ini, tau kalo dia itu adalah Sultan, walaupun tidak sedang berada didaerah kedaulatannya.

sungguh amat tak jelas...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar