Minggu, 24 Oktober 2010

Sajak yang nggak romantis

gue nggak bisa mengintepretblabla kan perasaan gue lewat puisi yang romantis.

setidaknya ini sajak gue, kalau selidik, kalian tau apa maksud sajak ini, malah mungkin tau apa kejadiannya ? atau pelakunya siapa aja ? hehehe


Barak sang Pecundang

ini soal kami yang dengan bodohnya pulang ke barak

ini soal kami yang dengan gila nya malah memilih divisi lain untuk berlindung

kami memang tolol, yang membiarkan pasukan lain mendekati gedung itu

dan kelak akan mengibarkan panji mereka dengan garangnya

menunjukan eksistensi nya bahwa sekarang mereka lah yang berkuasa.

mereka lah yang menjadi adidaya di atas segalanya.

Siapa gerangan yang sudi membiarkan kami, orang yang dulu pernah berkuasa dan hampir menang, untuk kembali menapaki jalan nun jauh mendaki kembali gedung parlemen tersebut.

kita hampir mengibarkannya boy, namun godaan untuk kembali pulang telah meresapi seluruh sanubari tiap prajurit.

namun kini sesal sungguh ada, kami belum siap melihat orang lain yang bertahta diatas sana. setiap malam, dan setiap detik, angan kami membayangkan bahwa kami lah satu-satu nya yang bertahta disana. dengan sorak-sorai dari orang-orang yang ada dibawah gedung, mengelu-elukan kami sebagai pemenang yang akan mendapatkan segalanya atas penaklukan ini.

nyatanya jauh sekali. butuh waktu yang lama lagi untuk mendekati puncaknya. sudah ada orang yang penuh integritas dan dengan konsisten terus menerus naik keatas dan mendekati tempat bertambatnya panji. dulu kami sempat hampir ke puncak. sekarang kami hanya bisa berteriak menyumpahi orang yang berusaha mendekati gedung itu, kata-kata kasar kami obral agar mereka gentar, namun kami salah. seakan gedung itu yang mendekati mereka untuk dikuasai.

kita berkaca diri di sungai terdekat, kami hanya seperangkat kesatuan prajurit yang tak sebanding dengan mereka yang dengan mulusnya naik keatas. Dengan pakaian lusuh dan mental yang selembek roti, kami bagai debu mikroskopis bagi mereka.

Mau tidak mau, kita harus siap melihat mereka yang berkuasa untuk waktu yang tak ditentukan. walau kita tahu, setiap melihat gedung itu bersanding dengan panji mereka, hati ini hancur berkeping-keping, sangat ingin memusnahkan diri dengan bom untuk menghancurkan mereka. tapi kami tidak mampu. kepercayaan diri sudah hancur berkeping-keping bersama dengan runtuhnya barak kami.

ayo kita cari lagi tempat untuk dikuasai, tak ada salahnya mundur sejenak. menyesal sedikit itu wajar. dan aku bersumpah untuk tak kembali melihat monumen kegagalan ini lagi, aku berharap begitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar